Kejadian Henti Jantung Mendadak (HJM) semakin sering terjadi seiring dengan peningkatan prevalensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Indonesia. Tersedianya penolong (bystander) dapat menaikkan angka keselamatan korban terutama pada kasus yang terjadi di luar rumah sakit. Terbatasnya sumber daya dalam memberikan pelatihan mengakibatkan masih sedikitnya jumlah penolong terlatih di masyarakat. Oleh sebab itu Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Kalimantan Barat mengadakan kegiatan Pelatihan Basic Life Support (BLS), Rabu (18/9).
Basic Life Support (BLS) merupakan sekumpulan tindakan yang bertujuan untuk mengambalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada henti jantung dan henti nafas. Tindakan penentu dalam bantuan hidup dasar yakni tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) untuk mempertahankan kelangsungan hidup korban henti nafas ataupun henti jantung.
Bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Yarsi Pontianak, BPTD Kelas II Kalimantan Barat menyelenggarakan kegiatan pelatihan BLS. Pada kegiatan ini peserta mendapatkan materi dari narasumber pendidik (Dosen) dan praktisi dari STIKes YARSI Pontianak yang merupakan Instruktur Nasional dengan sertifikasi; TOT (Training of Trainer), ACLS dari American Heart Association (AHA), ATLS dari Trauma Society dan Tenaga Pendidik Kesehatan dari Kemenkes RI.
Kegiatan BLS diikuti oleh 47 orang peserta yang terdiri dari perwakilan staf dari masing-masing satuan pelayanan di lingkungan BPTD Kelas II Kalimantan Barat. "Kegiatan ini diikuti oleh Pegawai/staff Satuan Pelayanan Terminal Tipe A Sei Ambawang 30 (tiga puluh) orang, Pegawai/Staff Satuan Pelayanan UPPKB Siantan 3 (tiga) orang,Pegawai/Staff Satuan Pelayanan UPPKB Sosok, UPPKB Sintang, UPPKB Satong, TBI Entikong, Pelabuhan Rasau Jaya 2 (dua) orang, Pegawai/Staff di Pelabuhan Penyeberangan Sintete, LBN Aruk, PLBN Entikong, PLBN Nanga Badau 1 (satu) orang" ujar Hanum Siwi Hapsari dalam sambutannya.
Pada pelaksanaannya, para peserta mendapatkan materi lalu dilanjutkan dengan praktik BLS pada manekin. Praktik dibagi menjadi dua bagian yaitu Penanganan Kasus Henti Jantung serta Penanganan Kasus Trauma dan Stabilisasi, Transportasi, dan Ekstrikasi Korban Trauma, kemudian di tutup dengan dengan post test untuk menilai sejauh mana peserta memahami materi yang telah disampaikan.
Setelah melaksanakan praktik dan post test didapati peserta dengan point tertinggi antara lain Yuliana Nia sebagai perwakilan dari Terminal Barang Internasional Entikong , Syarif Muhamad Rehan sebagai perwakilan dari Terminal tipe A Sei Ambawang dan peserta dengan serapan terbaik, Seselia Hosti, perwakilan dari Terminal tipe A Sei Ambawang.
Pelaksananaan kegiatan ini bertujuan untuk peningkatan pelayanan dan keterampilan penanganan yang tepat dan cepat terhadap penumpang serta awak kendaraan yang mengalami kecelakan ringan hingga yang mengancam nyawa. "Dalam acara ini, kita mendapatkan berbagai informasi yang berguna dan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar pada pegawai Satuan Pelayanan di Lingkungan Balai Pengelola Transportasi Darat Kelas II Kalimantan Barat serta tindakan cepat tepat pertolongan gawat darurat terhadap masyarakat,dan secara khusus meningkatkan pelayanan dalam kondisi gawat darurat yang dialami pengguna jasa, pengemudi dan petugas." ujar Iwan Sarwoko dalam sambutannya dihadapan peserta BLS.